Jumat, 06 Juli 2012

Ilmu ikhlas

Ilmu Ikhlas

Ikhlas dan sabar memang adalah suatu pembelajaran yang tidak mudah untuk didapatkan. Butuh suatu proses pembelajaran. Butuh setting hati dan pikiran yang perlu disinkronisasikan.
Tentang kisah Ummu Sulaim, seorang wanita yang sangat cantik jelita pada masa itu, di saat masa Rasulullah. Namun dengan kecantikannya tersebut ia bersabar, tidak menjadikan ia menjadi seorang yang berbangga hati melainkan semakin membuatnya semakin tawadhu’. Suatu saat seorang Abu Thalhah seorang kafir Quraisy pun tertarik padanya dan beraksud untuk meminangnya. Maka dengan penuh kemantapan dan keikhlasan Ummu Sulaim menyetujuinya dengan satu syarat untuk maharnya : Al -Islam. Maka termasuklah Abu Thalhah menjadi seorang muslim. Inilah kisah mahar yang paling berharga seperti yang ada pada artikel sebelumnya. Kemudian dari pernikahannya tersebut Ummu Sulaim dikaruniai seorang putra bernama Habshah. Suatu ketika Ummu Sulaim ini memanggil anaknya, namun tak kunjung datang juga Habshah ini. Akhirnya ia mencarinya dan didapatinya putranya itu terbaring di tempat tidurnya. Setelah mendekatinya, Ummu Sulaim baru menyadari bahwa putra kesayangannya tersebut telah meninggal. Lalu ditutupkanlah kembali selimut yang menutupi badan almarhum putranya itu. Namun tak seperti yang biasa dilakukan oleh hampir setiap orang, meskipun putranya meninggal ia tidak bersedih hati, ia tidak meratapi kepergian putranya melainkan menghadapinya dengan ikhlas dan sabar. Sungguhpun itu suatu yang sangat berharga sekalipun, ia yakin bahwa ALLAH akan mengambilnya kembali. Ummu Sulaim pun melanjutkan kegiatannya seperti biasa hingga akhirnya sang suami pun pulang. Ditemuinya suaminya seperti biasanya, tidak ada tanda-tanda kesedihan karena kehilangan sekalipun. Ia mempersilakan suaminya untuk segera makan. Sang suami pun bertanya padanya, dimana Habshah kecil yang biasanya menyambutnya dan makan bersama saat itu karena tidak kunjung datang jua. Lalu apa yang dilakukan Ummu Sulaim? Ia berkata kepada suaminya tercinta bahwa anaknya saat ini sudah makan dan kini sedang berbaring di kamarnya. Lalu setelah selesai makan, Ummu Sulaim pun bertanya kepada suaminya, bagaimana jikalau suatu saat kita meminjam barang kepada orang lain, dan setelah beberapa waktu kita menikmati manfaat dari barang itu namun suatu saat tibalah waktunya si pemilik barang tersebut ingin mengembalikannya. Maka sang suami menjawab bahwa tentulah ia akan mengembalikannya karena ia tidak ingin mendzalimi. Maka Ummu Sulaimpun berkata bahwasannya demikianpun dengan anaknya yang merupakan amanah yang dititipkan Allah pada mereka tersebut telah diambil dan diminta kembali oleh ALLAH. Maka sang suami pun berucap “Innalillaahi wa inna ilaihi raaji’un”, dan sesungguhnya semuanya adalah milikNya dan akan kembali padaNya. Setelah itu Ummu Sulaim dan suaminya segera mengurus jenazah putranya. Dan akhirnya cerita keduanya sampai kepada Rasulullah, maka Rasul pun mendoakan bagi keduanya karena kesabaran dan keikhlasan.
Betapa ilmu ikhlas itu sebenarnya sulit namun Ummu Sulaim telah mampu membuktikannya, keikhlasan yang semata karena cinta pada ALLAH SWT. Sungguhpun manusia jika dicoba oleh ALLAH, maka ia mengucapkan Innalillahi wa inna ilaihi raa’jiun…
Subhanallah…
Semoga kita bisa meneladani kisah tersebut dan senantiasa bersyukur dengan apa yang telah kita miliki, bersifat qana’ah dan ikhlas dalam menerima semua yang diberikanNya, karena tidak lain semua kebahagiaan maupun kesedihan di dunia ini, kedua-duanya merupakan sebuah ujian. Semoga kita bisa menemukan ilmu ikhlas tersebut.Amiin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar