Ilmu Ikhlas
Ikhlas dan
sabar memang adalah suatu pembelajaran yang tidak mudah untuk
didapatkan. Butuh suatu proses pembelajaran. Butuh setting hati dan
pikiran yang perlu disinkronisasikan.
Tentang kisah Ummu Sulaim, seorang wanita
yang sangat cantik jelita pada masa itu, di saat masa Rasulullah. Namun
dengan kecantikannya tersebut ia bersabar, tidak menjadikan ia menjadi
seorang yang berbangga hati melainkan semakin membuatnya semakin
tawadhu’. Suatu saat seorang Abu Thalhah seorang kafir Quraisy pun
tertarik padanya dan beraksud untuk meminangnya. Maka dengan penuh
kemantapan dan keikhlasan Ummu Sulaim menyetujuinya dengan satu syarat
untuk maharnya : Al -Islam. Maka termasuklah Abu Thalhah menjadi seorang
muslim. Inilah kisah mahar yang paling berharga seperti yang ada pada
artikel sebelumnya. Kemudian dari pernikahannya tersebut Ummu Sulaim
dikaruniai seorang putra bernama Habshah. Suatu ketika Ummu Sulaim ini
memanggil anaknya, namun tak kunjung datang juga Habshah ini. Akhirnya
ia mencarinya dan didapatinya putranya itu terbaring di tempat tidurnya.
Setelah mendekatinya, Ummu Sulaim baru menyadari bahwa putra
kesayangannya tersebut telah meninggal. Lalu ditutupkanlah kembali
selimut yang menutupi badan almarhum putranya itu. Namun tak seperti
yang biasa dilakukan oleh hampir setiap orang, meskipun putranya
meninggal ia tidak bersedih hati, ia tidak meratapi kepergian putranya
melainkan menghadapinya dengan ikhlas dan sabar. Sungguhpun itu suatu
yang sangat berharga sekalipun, ia yakin bahwa ALLAH akan mengambilnya
kembali. Ummu Sulaim pun melanjutkan kegiatannya seperti biasa hingga
akhirnya sang suami pun pulang. Ditemuinya suaminya seperti biasanya,
tidak ada tanda-tanda kesedihan karena kehilangan sekalipun. Ia
mempersilakan suaminya untuk segera makan. Sang suami pun bertanya
padanya, dimana Habshah kecil yang biasanya menyambutnya dan makan
bersama saat itu karena tidak kunjung datang jua. Lalu apa yang
dilakukan Ummu Sulaim? Ia berkata kepada suaminya tercinta bahwa anaknya
saat ini sudah makan dan kini sedang berbaring di kamarnya. Lalu
setelah selesai makan, Ummu Sulaim pun bertanya kepada suaminya,
bagaimana jikalau suatu saat kita meminjam barang kepada orang lain, dan
setelah beberapa waktu kita menikmati manfaat dari barang itu namun
suatu saat tibalah waktunya si pemilik barang tersebut ingin
mengembalikannya. Maka sang suami menjawab bahwa tentulah ia akan
mengembalikannya karena ia tidak ingin mendzalimi. Maka Ummu Sulaimpun
berkata bahwasannya demikianpun dengan anaknya yang merupakan amanah
yang dititipkan Allah pada mereka tersebut telah diambil dan diminta
kembali oleh ALLAH. Maka sang suami pun berucap “Innalillaahi wa inna
ilaihi raaji’un”, dan sesungguhnya semuanya adalah milikNya dan akan
kembali padaNya. Setelah itu Ummu Sulaim dan suaminya segera mengurus
jenazah putranya. Dan akhirnya cerita keduanya sampai kepada Rasulullah,
maka Rasul pun mendoakan bagi keduanya karena kesabaran dan keikhlasan.
Betapa ilmu ikhlas itu sebenarnya sulit
namun Ummu Sulaim telah mampu membuktikannya, keikhlasan yang semata
karena cinta pada ALLAH SWT. Sungguhpun manusia jika dicoba oleh ALLAH,
maka ia mengucapkan Innalillahi wa inna ilaihi raa’jiun…
Subhanallah…
Semoga kita
bisa meneladani kisah tersebut dan senantiasa bersyukur dengan apa yang
telah kita miliki, bersifat qana’ah dan ikhlas dalam menerima semua yang
diberikanNya, karena tidak lain semua kebahagiaan maupun kesedihan di
dunia ini, kedua-duanya merupakan sebuah ujian. Semoga kita bisa
menemukan ilmu ikhlas tersebut.Amiin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar